Walaupun Perang Khandaq berlangsung dalam keadaan tiada pertembungan berdepan antara tentera Islam dan Quraisy Mekah namun tentera Islam tidak dapat mengelak bilah panah yang dilancar tentera Quraisy. Ada tentera Islam yg parah cederanya dan mememui syahid. Saad bin Muaz Adalah antara sahabat yg terpaksa bergelut dengan kecederaan. Jika pecahan lukanya tak mampu ditampal, nasib kematian bakal menimpanya.
Saad bin Muaz bin Nukman (wafat 5H/ 627 ) asal Madinah, suku Aus ini adalah seorang sahabat yang mempunyai jiwa
patriot. Beliau adalah bangsawan suku Aus yang masuk Islam antara baiat Akabah I dan baiat Akabah II
Pada usia 31 tahun ia masuk Islam. Dan dalam usia 31 tahun ia pergi menemui syahidnya. Dan antara hari keislamannya sampai saat wafatnya, telah diisi oleh Sa’ad bin Muadz dengan karya-karya gemilang dalam berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya… .
Lihatlah, Gambarkanlah dalam ingatan kalian laki-laki yang anggun berwajah tampan berseri-seri, dengan tubuh tinggi jangkung dan badan gemuk gempal …? Nah! itulah dia ..!
Bagai hendak dilipatnya bumi dengan melompat dan berlari geram menuju rumah As’ad bin Zurarah, untuk melihat seorang pemuda dari Mekah bernama Mush’ab bin Umeir yang dikirim oleh Muhammad SAW sebagai utusan menyebarkan tauhid dan Agama Islam di Madinah ….
Tetapi baru saja ia bersama Useid bin Zurarah sampai ke dekat majlis Mush’ab di rumah sepupunya, tiba-tiba dadanya telah terhirup udara segar yang meniupkan rasa nyaman. Dan belum lagi ia sampai kepada hadirin dan duduk di antara mereka memasang telinga terhadap uraian-uraian Mush’ab, maka petunjuk Allah telah menerangi jiwa dan ruhnya.
Pemimpin golongan Anshar itu kemudian melemparkan lembingnya jauh-jauh, seraya mengulurkan tangan kanannya mengangkat bai’at kepada utusan Rasulullah …..
Dan dengan masuk Islamnya Sa’ad, bersinarlah pula di Madinah mata hari baru, Yang pada garis edarnya akan berputar dan beriringan kalbu yang tidak sedikit jumlahnya, dan bersama Nabi Muhammad SAW menyerahkan diri mereka kepada Allah Robbul’alamin . . . !
Sa’ad telah memeluk Islam, memikul tanggung jawab itu dengan keberanian dan kebesaran … Dan tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, yakni kabilah Sa’ad, pintunya terbuka lebar bagi golongan Muhajirin, begitu pula semua harta kekayaan mereka dapat dimanfa’atkan tanpa batas, pemakainya tidak perlu rendah diri.
Dan datanglah saat perang Badar …
Maka bangkitlah Sa’ad bin Mu’adz tak ubah bagi bendera di atas tiangnya, kata juangnya yang membakar semangat Nabi Allah..
“Wahai Rasulullah ! Kami telah beriman kepada anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus, ya Rasulallah apa yang anda inginkan, dan kami akan selalu bersama anda … ! Dan demi Allah yang telah mengutus anda membawa kebenaran! Seandainya anda menghadapkan kami ke lautan lalu anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur, dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan … ! Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada anda tindakan kami yang menyenangkan hati … ! Maka ayuh kita berangkat dengan berkah Allah Ta’ala… !”
Kata-kata Sa’ad itu muncul tak ubah bagai berita gembira, dan wajah Rasul pun bersinar-sinar dipenuhi rasa redho dan bangga serta bahagia, lalu katanya kepada Kaum Muslimin: -
“Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian karena Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan! … Demi Allah,… sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu … !” (al-Hadits)
Dan di waktu perang Uhud, yakni ketika Kaum Muslimin telah cerai-berai disebabkan serangan mendadak dari tentara musyrikin, maka takkan sulit bagi penglihatan mata untuk menemukan kedudukan Sa’ad bin Mu’adz ….
Kedua kakinya seolah-olah telah dipakukannya ke bumi di dekat Rasulullah SAW mempertahankan dan membelanya mati-matian, suatu hal yang agung, terpancar dari sikap hidupnya ….
Kemudian datanglah pula saat perang Khandak, yang dengan jelas membuktikan kejantanan Sa’ad dan kepahlawanannya …
Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat hidup aman di Madinah serta barharap agar orang-orang Quraisy menghentikan serangan dan peperangan, segolongan pemimpin Yahudi secara diam-diam pergi ke Mekah lalu menghasut orang-orang Quraisy berperang dengan Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
Di samping itu dalam perjalanan pulang mereka ke Madinah, mereka berhasil pula menghasut suatu suku terbesar di antara suku-suku Arab yaitu kabilah Gathfan dan mencapai persetujuan untuk menggabungkan diri dengan tentera Quraisy.
Strategi telah diatur dan tugas serta peranan telah diagih. Quraisy dan Gathfan akan menyerang Madinah dengan tentara besar, sementara orang-orang Yahudi, di waktu Kaum Muslimin mendapat serangan secara mendadak itu, akan melakukan penghancuran di dalam kota dan sekelilingnya!
Maka tatkala Nabi SAW mengetahui permufakatan jahat seteru bersekutu ini, dititahkan baginda menggali parit perlindungan atau Khandak sekeliling Madinah untuk membendung serbuan musuh. Di samping itu diutusnya pula Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah kepada Ka’ab bin Asad pemimpin Yahudi suku Quraizah untuk menyelidiki sikap mereka. walaupun antara mereka dengan Nabi SAW sebenarnya sudah ada beberapa perjanjian dan persetujuan damai.
Dan alangkah terkejutnya kedua utusan Nabi, karena ketika bertemu dengan pemimpin Bani Quraizah itu, jawabnya ialah: -”Tak ada persetujuan atau perjanjian antara Kami dengan Muhammad… !”
No comments:
Post a Comment